Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in
assalamualaikum... maaf, blog ini telah pindah ke:http://samuderailmuagama.blogspot.com/
terima kasih

MANUSIA BERWAJAH SEMUT

Senin, 14 Maret 2011

Siapa yang masih sombong? Haaaa?!!hari gene masih sombong? Jadul tuh. Kok jadul? Ya, jadul. Jadul dalam terminologi saya di sini sama dengan jaman dulu alias jahiliyah. Tahu kan jahiliyah itu? Sederhananya, jahili saya beri label ndak mau menerima kebenaran yang sudah terang benderang kaya masyarakat Arab pra Islam. Sombong kok jadul? Bagaimana tidak, manusia itu memang mulia, tapi hilang kemuliaannya karena sombong. Manusia itu banyak kelebihannya, tapi sombongnya itu, membuka kedoknya sendiri sebagai sarang dari segala kelemahan. Kok bisa? Bisa lah. Sebab kebenaran wahyu menyatakan bahwa sifat sombong itu templokan dari setan. Nah, setan itu musuh manusia. Lha, kalo manusia masih seneng ditemploki sombong padahal dia tahu setan itu musuhnya, kan jadu namanya.

Konon, Imam Ghazali dalam kitabnya ”Ihya’ ’Uluumiddiin” menuliskan rasa herannya, bagaimana mungkin manusia bisa bersifat sombong sementara di dalam jasadnya meyimpan satu sampai dua kilogram kotoran yang bau?

Sombong itu bukan sekedar ketemplokan durhaka setan, tapi juga merebut hak Allah. Setan sombong karena durhaka “abaa wastakbar”, sedangkan Allah sebagai Al-Mutakabbir adalah hak-Nya dan keagungan-Nya. Sufyan bin Uyainah Rahimahullah pernah menyatakan,”siapa yang durhaka karena nafsu, semoga dia segera bertaubat, sebab Adam ‘alaihissalam juga pernah durhaka karena nafsu lalu dosanya diampuni. Tetapi jika durhakanya arena takabbur, semoga dia takut laknat, sebab Iblis durhaka karena takabbur, lalu Iblispun dilaknat”. Abu Hurarirah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. (HR Muslim)

Sombong itu hanya bikin gemuk setan dan menyenangkan neraka. Bahaya, sebab biarpun secuplik ada takabbur di dasar hati, bakalan barabe. Kok bareba? Ya, karena, orang bisa dipending masuk surga sebab yang secuplik itu. “Laa yadkhulul jannata man kaan fi qalbihi mitsqaala dzarratin min kibrin”, tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada takabbur meskipun sebesar dzarrah. Demikian bunyi riwayat dari Imam Muslim.

Nun jauh di sana nanti, ada testimoni dari neraka. Bagaimana bunyi testimoninya? “Qaalatinnaaru,’uutsirtu bilmutakabbiriin”, Neraka berkata,”aku diistimewakan (karena dihuni) orang-orang yang sombong”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika hari gene dada masih membusung, kepala masih besar, menyangka diri bagai gajah yang memandang orang selalu kerdil bagai semut, bahaya. Sebab itu sama halnya kembali jadul, bagai jiwa yang belum pernah membaca kearifan wahyu. Hati-hati memandang, menilai, menganggap, mempersepsikan orang sekerdil semut, nanti akan berbalik menjadi senjata makan tuan. Ada banyak orang di dunia ini gemar “menyemutkan” dan menginjak harga diri orang lain bagai menginjak semut, nanti di akhirat dialah yang akan “disemutkan”-bukan dikerubungi semut loh- karena sifat sombongnya itu.”Yukhsyarul jabbaaruuna walmutakabbiruuna yawmal qiyaamati fii suurotidzdzarri yathouhumunnaasu lihawaanihim ‘alaAllaahi ‘azza wa jalla” Orang-orang yang lalim dan sombing akan dihimpun pada hari Qiyamat dalam rupa semut. Orang-orang menginjak-injak mereka karena kehinaan diri mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla’.(HR. Trmidzi, Ahmad)

BerPikir Ulang bahwa sombong hanya mengantarkan pada kehinaan sangat perlu sebagai upaya reflektif dan penyegaran bagi kesadaran diri. Silahkan manjadi pandai, intelek, profesor doktor, kyai, ustadz, ulama, agamawan, kaya, dialiri darah biru, nasab oke, keturunan terhormat, tampan, cantik, sukses, pejabat, asal jangan ditemploki sombong. Sebab jika tidak, bersiaplah menjadi seperti semut yang diinjak-injak orang di hadapan Allah.

Hanya saja, sombong itu bukan seperti panu yang menempel di kulit. Begitu segera dirasakan gatal dan warna kulit berubah putih, maka orang segera berusaha mengobati supaya jangan menyebar dan merusak penampilan kulit. Ia mudah disadari dan dideteksi. Bagaiman dengan sombong? Sebenarnya, ia juga “panu”. Hanya saja ia menempel di hati dan perwujudannya menjalar ke seluruh tubuh, seluruh penampilan, seluruh aktivitas, seluruh yang diucap, didengar dan dilihat. Maka bisa saja ibadah atau amalan ketaatan seseorang nilainya hanya sombong. Kaya, duit, rumah, mobil, nasab, tampan-cantik, jabatan dan kesuksesan, alim-intelek tak ubahnya hanya refleksi dari rasa sombongnya.

Hadits tentang semut di atasa saya ambil dari bukunya Ibnu Qudamah, Minhaj al-Qashidin. Baru kali ini saya menemukan redaksi riwayat tentang penyerupaan semut bagi orang-orang sombong di akhirat kelak. Sayang sekali, Ibnu Qudamah tidak menyertakan status riwayat di atas. Setahu kita, semut termasuk hewan yang “diistimewakan” misalnya ada larangan membunuhnya, dijadikan nama salah satu surat dalam al-Qur’an (An-Naml [27] dan dimuat dialog kisah raja semut dan tentaranya pada surah itu ayat 18 dan 19. Ini dia dialognya:

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";

maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh".

Allahu a’lam, semoga kita dapat menemukan penjelasan status derajat riwayat Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad tentang semut itu. Hanya saja, semut yang dimuliakan Allah itu seringkali terinjak-injak oleh kita tanpa kita sadari. Mungkin karena sebab diinjak-injak itulah tamsil penghinaan kehormatan siapapun yang sombong. Apa yang ada di benak kita saat melihat orang tengah diinjak-injak di muka umum? Begitulah tamsil bagi orang yang ketemplokkan sifat sombong. Apa masih tetep mau jadul? Na’udzubillah.

Allahu a’lam.

WAFATNYA INYIAK IMAM SUAR

Minggu, 13 Maret 2011


SLIDE SHOW: PERAYAAN HUT IPST KE 43

"padding-down=10px"


KUNJUNGAN BAPAK NIFASRI KE MST PARABEK

Senin, 07 Maret 2011

Siang itu (13-2-2011) , setelah shalat zuhur berjamaah, para santri MST Parabek kedatangan seorang tamu dari Kementrian Agama RI. Sekilas, kedatangan beliau tekesan biasa saja, dan nyaris tidak ada kesan yang timbul dari para santri. Namun, kesan itu meledak seketika ketika Ust Zulfahmi memberi tahu bahwa beliau adalah seorang doktor yang juga alumni MST Parabek. Tidak lain dan tidak bukan, beliau adalah bapak Nifasri, Wongndeso yang jadi doktor.

Hari itu, bapak NIfasri memberikan motifasi kepada para santri untuk menuntut ilmu sebanyak mungkin, agar kelak mereka menjadi orang yang berilmu dan berguna bagi masyarakat. Beliau berpesan agar para santri bersungguh dalam menuntut ilmu untuk mencapai kesuksesan di masa depan.

Di sela-sela ceramahnya, beliau memberikan tips pribadi bagaimana beliau bias sukses seperti saat ini. Adapun tips-tips itu adalah:

• Jujur

Orang yang ingin sukses hendaklah bersikap jujur, baik jujur pada diri sendiri, orangtua maupun kepada guru dan ustadzah. Tanpa sikap jujur, kesuksesan yang dituju pasti sukar untuk diraih. Orang yang tidak mau mencaritahu dan mengakui kelamahan dirinya pasti akan mendapatkan berbagai kesulitan untukmencapai tujuannya.

• Kreatif / proaktif

Orang yang ingin sukses hendaklah bersikap kreatif danproaktif, yaitu belajar tanpa disuruh-suruh. Orang yang kreatif adalah orang yang selalu mampu untuk menemukan cara jitu untuk belajar dengan baik dan menyenangkan. Dengan sikap kreatif, seseorang akan kecanduan belajar sehinggan ia lebih banyak menggunakanwaktu untuk belajar. Hal ini tentu amat menjamin kesuksesanyya di masa depan

• Kemauan

Inilah unsur yang amat penting, yaitu kemauan. Tanpa kemauan, mustahil kesuksesan dapat diraih. “ sehebat apa[un fasilitas, sehebat apapun guru dan sebanyak apapun uang belanja, namu bila kesungguhan dan kemauan untuk belajar tidak ada pada diri ini, kesuksesan tidak akan tercapai ” ngkapnya dengan raut wajah yang serius.


Selain itu, beliau juga menuturkan bahwa penguasaan bahasa asing juga sangat dituntut untuk mencapai kesuksesan. Bahkan beliau berencana untuk memasukkan bahasa mandarin dalam kurikulum belajar agar nantinya bias dipelajari oleh para santri. “ dengan bahasa , dunia yang luas ini bias mengecil dan mudah untuk disentuh” ujar beliau di sela-sela ceramahnya.

Seusai memberi motivasi, penulis menghampiri beliau dan menyakan berbagai hal. Diantaranya adalah apa saja tips-tips yang diperlukan untuk menguasai bahasa internasional, seperti bahasa inggiris dan arab. Karena penulis menyadari bahwa bahasa adalah kunci ilmu dan gerbang dunia.

“Dulu , bapak dimotivasi oleh yayasan untuk mempelajari bahasa asing dengan tekun. Bapak dan teman-teman-memiliki tips tersendiri untuk menguasai bahasa asing. Yang PERTAMA menghafal dan memperbanyak perbendaharaan kosakata. Bapak dan teman-teman di universitas sering menterjemahkan teks berbahasa asing. Setiap kali menemukan kosa-kata baru, bapak menulisnya di sehelai kertas dan menempelnya di dinding kamar. Dan hal itu selalu bapak lakukan setiap hari. Yang KEDUA adalah selalu mempraktekkan bahasa, tak peduli harus diejek dan dikomentari oleh teman-teman. Yang KETIGA, istiqamah, selalu menguatkan hati untuk mempraktekkan bahasa asing. ” kisah beliau sambil mengenang masa lalunya sewaktu menjadi mahasiswa.

Satu hal yang sangat menarik perhatian para santri adalah kata sapa”adik-adik” yang beliau gunakan. Bahkan kadang-kadang, beliau menyebut dirinya “kakak”. “Agar terasa lebih dekat, bagai seorang kakak yang sedang bercengkrama dengan adik-adiknya.”. ujar beliau memberi alasan.


Hadirnya bapak nifasri di MST Parabek telah memberikan secercah semangat bagi para santri untuk berjuang meraih kesuksesan. Semoga beliau selalu dilindungi dandirahmati oleh Allah SWT. “terima kasih kak NIFASRI…” .

Ibrahim Musa : inyiak parabek

Senin, 28 Februari 2011

Syekh Ibrahim Musa Parabek lahir tanggal 12 Syawal 1301 H/1884 M di Desa Parabek . Banuhampu, Bukittinggi. Ayahnya bernama Syekh Muhammad Musa bin Abdul Malik Al Qarhawy, seorang Ulama yang terkenal di kampungnya Karatau, Parabek. Ibu Ibrahim bernama Ureh. Sejak kecil Ibrahim telah belajar Qur'an di bawah bimbingan ayahnya. Pada usia 13 tahun ia sudah Khatam Qur'an.

Pada usia yang masih muda itu juga beliau dilepas orang tuanya pergi mengaji ke Surau Tuanku Mato Aia Pakandangan Pariaman. Di sana beliau mempelajari Ilmu Nahwu dan Sharaf. Selanjutnya pindah ke Batu Taba di surau Tuanku Mato Angin, beliau belajar Fiqih . Kemudian ke Ladang Laweh mengaji dengan Tuanku Abdul Samad di surau Biaro Ampek Angkek. Juga beliau belajar dengan Syekh Jalaluddin Alkasai di Sungai Landai Banuhampu. Terakhir beliau belajar dengan Tuanku Abdul Hamid di Suliki Paya Kumbuh.

Dalam usia 19 tahun beliau berangkat ke Mekah untuk mendalami Ilmu agama bersama kakaknya Abdul Malik tepatnya di bulan Rajab th 1320 H/ 1901 M. Di Mekah beliau mengaji pada syekh Ahmad Khatib Al Minang Kabawy (1815 - 1915), yang menjadi imam masjidil haram dari mazhab Syafei. Beliau juga dibimbing oleh Syekh Muhammad Djamil Djambek, Syekh Ali Bin Husein, Syekh Mukhtar Al-Jawi dan Syekh Yusuf Al Hayat.

Sekembalinya beliau dari Mekah yang pertama tahun 1910 M beliau mengadakan pengajian secara halaqah di Parabek. Anak muda pun berdatangan ke Parabek ingin menuntut Ilmu kepada beliau, baik dari daerah - daerah di Minangkabau.

Pada tahun 1914 beliau pergi ke Mekah kali yang kedua untuk menambah Ilmunya bersama istri beliu Syarifah Ghani dan anak beliau Thaher Ibrahim. Beliau pulang ke Bukittinggi tahun 1916. Sementara kepergian beliau ke Mekah selama dua tahaun dua tahun itu, beliau mempercayakan pengajian di Parabek kepada murid - murid beliau .

Pada tahun 1918 beliau menyatukan murid - muridnya itu dalam satu organisasi diberi nama Muzakaratul Ikhwan dan terakhir diberi nama Jamiatul Ikhwan.

Akhirnya pada tahun dua puluhan, bersama sama dengan Dr. Syekh H. Abdul Karim Amarullah ( Inyiak De-er ), beliau sepakat mendirikan Sumatera Thawalib. Di Padang Panjang didirikan oleh Inyiak De-er, sedangkan di Parabek didirikan oleh beliau sendiri dan diubahlah organisasi pelajar Jamiatul Ikhwan menjadi Sumatera Thawalib .

Pada awal tahun 1926 membangun gedung Sumatera Thawalib Parabek 7 lokal. Sistim pendidikan yang dikembangkan oleh Syekh Ibrahim Musa menekankan kepada kemandirian murid - murid dalam berbagai lapangan kehidupan dan untuk menunjang proses pendidikan itu didirikanlah perpustakaan, koperasi, asrama , lapangan olah raga dan lainnya. Juga beliau tidak pernah menekankan pada muridnya untuk mengikuti mazhab Syafi'I. Beliau memberikan kebebasan pada murid - muridnya untuk memilih satu mazhab .

Profil Syekh Ibrahim Musa tercium oleh pihak kolonial beliau terus ditekan dan dicurigai ruang gerak oleh kolonial beliau ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia beliau adalah anggota pendiri Lasykar rakyat di Bukittinggi ( 1943 ) dan membentuk barisan Sabilillah ( 1946 ) menjadi Imam Jihad 1946.

Di bidang pemerintahan beliau adalah anggota majelis Syura Wal Fatwa Sumatera Tengah ( 1947 ) dan anggota korespondensi majelis pertimbangan kesehatan dan syarak kementrian kesehatan RI. Pada tahun 1956 beliau menjadi anggota konstituanti no 160. Tahun 1956, beliau merupakan ketua dewan Karatau dan dosen perguruan tinggi Darul Hikmah Bukittinggi dan Dewan Korator Universitas Andalas Padang.

Pada hari Kamis 20 Juli 1963 pukul 21.10 Wib. Syekh Ibrahim Musa berpulang ke rahmatullah di kamar depan rumah beliau di parabek dikebumikan besok harinya Jumat tanggal 26 Juli 1963 setelah shalat jumat seluruh kaum kerabat dan keluarga besar Sumatera thawalib Parabek melepas dengan duka cita yang mendalam.


Karya-Karya
Di tengah kesibukan mengajar dan kegiatan yang bersifat organisatoris serta kemasyarakatan, Inyiak Parabek menyempatkan diri untuk menulis. Tulisan beliau banyak diterbitkan oleh majalah-majalah terbitan Sumatera Barat kala itu, seperti majalah al-Munir, Al-Munir el-Manar, dan Majalah Bayan (di bawah bimbingan beliau sendiri). Juga ada karya dalam bentuk buku (kitab), sbb:

* Ijabah al-Sul, Dicetak pada tahun 1934 oleh percetakan Badezt di Padang Panjang. Ijabah al-Sul merupakan syarah (penjelasan) kitab Husnul al-Ma'mul, karangan M. Shiddiq Hasan Khan Bahadir, kitab Ushul Fiqh yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi sehingga untuk memahaminya diperlukan pengetahuan ushul fiqh yang baik.
* Hidayah as-Shibyan, Merupakan Kitab ilmu Balaghah. Dicetak oleh percetakan Baroe Fort de Kock, tidak dijelaskan tahun terbitnya. Kitab ini pernah diajarkan di Thawalib Parabek beberapa periode, sebelum diganti dengan kitab-kitab lain yang lebih ringkas dan lebih mudah dipelajari
* Hidayah Ditulis pada tahun 1912 dalam bahasa Minangkabau, kemudian dterjemahkan oleh murid Inyiak, Muchtar Said (sekarang adalah Pimpinan Madrasah). Berisikan ilmu tauhid aliran Ahlu Sunnah wal Jamaah.